This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Kamis, 16 Mei 2013

TUGAS "ASAM AMINO DAN PROTEIN"

  1. Bagaimanakah cara mengidentifikasi adanya protein dalam bahan makanan?
  2. Apakah yang dimaksud glikoprotein? Berikan contohnya!
  3. Apakah yang dimaksud denaturasi protein? Sebutkan hal-hal yang menyebabkan terjadinya denaturasi protein!
  4. Mengapa protein yang mengalami denaturasi menjadi kehilangan fungsi biologisnya?
  5. Apakah urea CO(NH2)2 menunjukkan uji yang positif terhadap uji biuret?
  6. Apakah yang dimaksud struktur kuarterner protein?
  7. Suatu sampel ditetesi larutan NaOH, kemudian larutan tembaga(II) sulfat yang encer menghasilkan warna ungu. Bila sampel dipanaskan dengan HNO3 pekat kemudian dibuat alkalis dengan NaOH terjadi warna jingga. Apakah yang dapat anda simpulkan dari uji di atas?
  8. Suatu sampel memberi hasil yang positif terhadap uji ninhidrin dan biuret tetapi negatif terhadap penambahan larutan NaOH dan Pb(NO3)2. Kesimpulan apakah yang dapat diperoleh dari fakta tersebut?
  9. Apakah yang dimaksud dengan enzim? Berikan contohnya!
  10. Bila 20 molekul glisin berpolimerisasi membentuk polipeptida. Berapakah massa molekul relatif polipeptida yang terbentuk? Ar H = 1, C = 12, N = 14, O = 16).
JAWABAN

1. Cara mengetahui bahwa suatu bahan makanan mengandung protein adalah dengan uji protein ada 4 cara yaitu :
1. Uji Xanthoproteat. Uji ini dapat digunakan untuk menguji atau mengidentifikasi adanya senyawa protein karena uji xantoprotein dapat menunjukan adanya senyawa asam amino yang memiliki cincin benzene seperti fenilalanin, tirosin, dan tripofan. Langkah pengujianya adalah larutan yang diduga mengandung senyawa protein ditambahkan larutan asam nitrat pekat sehingga terbentuk endapan berwarna putih. Apabila larutan tersebut mengandung protein maka endapat putih tersebut apabila di[anaskan akan berubah menjadi warna kuning. 
2. Uji Biuret. Uji  ini dapat digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya ikatan peptide dalam suatu senyawa sehingga uji biuret dapat dipakai untuk menunjukan adanya senyawa protein. Langkah pengujian yang dapat dilakukan adalah larutan sampel yang diduga mengandung protein ditetesi dengan larutan NaOH kemudian diberi beberapa tetes larutan CuSO4 encer. Apabila larutan berubah menjadi arna unggu maka larutan tersebut mengandung protein.
3. Uji Millon. Uji ini dapat digunakan untuk menguji atau mengidentifikasi adanya senyawa protein yang memiliki gugus fenol seperti tiroksin. Pereaksi millon terdiri dari larutan merkuro dan merkuri nitrat dalam asam nitrat.adanya protein dalam sempel dapat diketauhi apabila dalam sampel terdapat endapan putih dan apabila endapan putih itu dipanaskan akan menjadi warna merah. 
4. Uji Belerang. Uji ini dapat digunakan untuk menguji atau mengidentifikasi adanya senyawa protein karena dapat menunjukan asam amino memiliki gugus belerang seperti sistin dan metionin. Langkah pengujianya adalah larutan sampel ditambahkan NaOH pekat kemudian dipanaskan. Selanjutnya ke dalam larutan ditambahkan pula larutan timbale asetat. Apabila larutan mengandung sasam amino yang memiliki gugus belerang maka warna larutan atau endapat berwarna hitam. Yaiti senyawa timbale sulfide (PbS).

2. Glikoprotein (bahasa Inggris: glycoprotein) adalah suatu protein yang mengandung rantai oligosakarida yang mengikat glikan dengan ikatan kovalen pada rantai polipeptida bagian samping.
Contoh :
a) HSP’s (heat shock protein)  Diketahui penting untuk membantu tanaman dan hewan bertahan terhadap stress panas.
b) P-glikoprotein  berfungsi sebagai pompae fflux yang menghilangkan toksin dari dalam sel.
c) Stressin  terdapat dalam darah pada saat terjadi stress fisiologi.

3. Denaturasi protein adalah berubahnya struktur protein dari struktur asalnya atau struktur alaminya. 
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya denaturasi protein yaitu suhu tinggi, perubahan pH yang ekstrim, pelarut organik, zat kimia tertentu (urea dan detergen), atau pengaruh mekanik (guncangan). 

4. Pada peristiwa denaturasi, struktur protein yang rusak adalah struktur kuarterner, struktur tersier, atau struktur sekunder, bergantung pada tingkat penyebab kerusakannya. Adapun struktur primernya tetap utuh. Contohnya : enzim yang dipanaskan pada suhu tinggi. Enzim tersebut menjadi tidak aktif dan tidak dapat berfungsi lagi sebagai biokatalis.

5. Ya.

6. Struktur kuartener protein adalah struktur tiga dimensi yang menggambarkan subunit-subunit yang berbeda dikemas bersama-sama membentuk struktur protein.

7. Pada sample terkandung protein dengan adanya ikatan peptida yang positif dari uji Biuret dan adanya fenil (cincin benzene) yang positif dari uji Xantoproteat.

8. Pada sample terdapat protein, dengan adanya asam amino bebas dari uji Ninhidrin (+) dan adanya ikatan peptida dari uji Biuret (+). Tetapi sample tidak mengandung PbS karena uji Belerang yang negatif (-).

9. Enzim adalah biomolekul berupa protein yang berfungsi sebagai katalis (senyawa yang mempercepat proses reaksi tanpa habis bereaksi) dalam suatu reaksi kimia organik. Contoh : Enzim Amilase, Lipase, Pektin, dll.

10.
Mr Glisin = 75 g/mol
Jadi, 20 molekul Glisin = 20 x 75 g/mol = 1500 g/mol

Minggu, 21 April 2013

KONSEP MOL DAN STOIKIOMETRI


HUKUM-HUKUM DASAR KIMIA

1. Asas Lavoiser atau kekekalan massa
“jumlah sebelum dan setelah reaksi kimia adalah tetap”

2. Hukum Gas Ideal
P V = nRT
Dengan P adalah tekanan (atm), V adalah volum (L), n adalah jumlah partikel (mol), dan T adalah
suhu (K) serta R adalah tetapan gas (0,082 L atm/mol K). Hukum gas ideal merupakan pengabungan dari :

a. Hukum Boyle
    “pada suhu dan jumlah zat yang sama, tekanan dikali volum selalu konstan”
      PV = konstan

b. Hukum Gay Lussac
    “Pada jumlah zat dan tekanan yang sama, volum suatu gas berbanding lurus dengan suhu”
     V / T = konstanta

c. Hukum Avogadro
“pada tekanan dan suhu yang sama, volum gas berbanding lurus dengan jumlah partikel gas”
 V / n = konstan


3. Hukum Dalton
“Reaksi kimia tidak menambah atau mengurangi jumlah atom, namun hanya penataan ulang atomatom
dalam senyawa”

4. Hukum Perbandingan Koefisien
“Jumlah mol zat yang bereaksi dalam suatu reaksi kimia sebanding dengan koefisien zat masingmasing
dalam reaksi kimia tersebut”

KONSEP MOL
Mol adalah besaran yang menunjukkan jumlah partikel dalam suatu senyawa. Partikel tsb bisa berupa atom, ion, molekul, dan sebagainya.
1 mol setara dengan 6,022 x 10^23 partikel

HUBUNGAN MOL DENGAN BESARAN-BESARAN LAIN



PERKEMBANGAN TEORI ATOM


a. Teori atom Dalton :

  • Materi tersusun atas partikel-partikel terkecil yang disebut atom.
  • Atom merupakan bagian terkecil dari materi yang tidak dapat dibagi lagi.
  • Atom-atom penyusun unsur bersifat identik.
  • Atom suatu unsur tidak dapat diubah menjadi atom unsur lain.
  • Senyawa tersusun atas 2 jenis atom atau lebih dengan perbandingan tetap dan tertentu.
  • Pada reaksi kimia terjadi penataulangan atom-atom yang bereaksi. Reaksi kimia terjadi karena pemisahan atom-atom dalam senyawa untuk kemudian bergabung kembali membentuk senyawa baru.
Kelemahan & Kelebihan Model Atom Dalton

Kelebihan 
Mulai membangkitkan minat terhadap penelitian mengenai model atom

Kelemahan
Teori atom Dalton tidak dapat menerangkan suatu larutan dapat menghantarkan arus listrik. Bagaimana mungkin bola pejal dapat menghantarkan arus listrik? padahal listrik adalah elektron yang bergerak. Berarti ada partikel lain yang dapat menghantarkan arus listrik.


b. Teori atom Thomson : 

Atom merupakan bola bermuatan positif yang mengandung elektron-elektron bermuatan negatif yang tersebar merata di seluruh bagian bola.


Kelebihan dan Kelemahan Model Atom Thomson

Kelebihan
Membuktikan adanya partikel lain yang bermuatan negatif dalam atom. Berarti atom bukan merupakan bagian terkecil dari suatu unsur.

Kelemahan
Model Thomson ini tidak dapat menjelaskan susunan muatan positif dan negatif dalam bola atom tersebut.


c. Teori atom Rutherford : 

Atom terdiri atas inti atom bermuatan positif yang dikelilingi elektron yang bermuatan negatif.


Kelebihan dan Kelemahan Model Atom Rutherford

Kelebihan
Membuat hipotesa bahwa atom tersusun dari inti atom dan elektron yang mengelilingi inti.

Kelemahan 
Tidak dapat menjelaskan mengapa elektron tidak jatuh ke dalam inti atom. Berdasarkan teori fisika, gerakan elektron mengitari inti ini disertai pemancaran energi sehingga lama - kelamaan energi elektron akan berkurang dan lintasannya makin lama akan mendekati inti dan jatuh ke dalam inti Ambilah seutas tali dan salah satu ujungnya Anda ikatkan sepotong kayu sedangkan ujung yang lain Anda pegang. Putarkan tali tersebut di atas kepala Anda. Apa yang terjadi? Benar. Lama kelamaan putarannya akan pelan dan akan mengenai kepala Anda karena putarannya lemah dan Anda pegal memegang tali tersebut. Karena Rutherford adalah telah dikenalkan lintasan/kedudukan elektron yang nanti disebut dengan kulit.

d. Teori atom Bohr : 

Elektron beredar mengelilingi inti atom pada lintasan tertentu dan dapat berpindah-pindah lintasan dengan menyerap atau melepas energi.

Kelebihan dan Kelemahan Atom Bohr

Kelebihan 
atom Bohr adalah bahwa atom terdiri dari beberapa kulit untuk tempat berpindahnya elektron.

Kelemahan 
model atom ini adalah tidak dapat menjelaskan efek Zeeman dan efek Strack.


e. Teori atom Mekanika Kuantum :


Elektron-elektron yang beredar mengelilingi inti atom terletak pada orbital-orbital.



Jumat, 19 April 2013

PENETAPAN KADAR BESI DALAM GARAM TUNJUNG (FeSO4 . 7H2O)


TEORI
Besi dari larutan garam tunjung (FeSO4 . 7H2O), dapat diendapkan sebagai besi (II) hidroksida, akan tetapi basa ini tidak mantap dan mudah teroksidasi menjadi besi(III), sehingga bila dipijarkan sisa pijarnya tidak murni sebagai FeO. Oleh karena itu besi harus diendapkan sebagai besi(III)hidroksida. Sebagai pengoksidasi dapat dipakai HNO3, H2O2 atau air brom. 
Sebenarnya HNO3 kurang baik karena mudah terjadi kopresipitasi. pH pengendapan tidak boleh terlalu tinggi untuk menghindari pengendapan hidroksida lain terutama bila contoh alam yang biasanya mengandung Mg, sehingga dapat mengendap sebagai Mg(OH)2. Oleh karena itu ditambahkan NH4Cl 10 % sebagai pendapar. Pengendapan dilakukan pada suhu 70-80 0C untuk mendapatkan jel/selai yang baik. 

DASAR
Garam besi(II) yang tidak mantap dioksidasikan dengan HNO3, air brom atau hidrogenperoksida menjadi Fe(III) yang mantap. Kemudian Fe(III) diendapkan dengan NH4OH menjadi Fe(OH)3, endapan selai berwarna cokelat yang setelah dipijarkan menjadi Fe2O3 yang berwarna hitam-cokelat.

REAKSI :
2HNO3 --> H2O + 2NO + 3O
6FeSO4 + 6HNO3 + 3O --> 2Fe2(SO4)3 + 2Fe(NO3)3 + 3H2O 
2Fe2(SO4)3 + 2Fe(NO3)3 + 18NH4OH --> 6Fe(OH)3 + 6(NH4)2SO4 + 6NH4NO3
6Fe(OH)3 --> 3Fe2O3 + 9H2O
PERALATAN: 
a. Neraca 
b. Kaca arloji 
c. Sendok sampel (Spatula) 
d. Piala gelas 400 ml. 
e. Piala gelas 800ml.
f. Tutup kaca besar 
g. Pengaduk kaca 
h. Pengaduk berkaret/policeman 
i. Labu semprot kaca 
j. Corong 
k. Tabung reaksi 
l. Cawan porselin 
m. Segitiga porselin 
n. Kasa asbes 
o. Kaki tiga 
p. Penyangga corong 
q. Pembakar teklu 
r. Pembakar meker atau tanur 
s. Lemari pengering (oven)
t. Termometer 

BAHAN
Sampel Garam Tunjung (FeSO4 . 7H2O) 

PEREAKSI
a. HNO3 4 N  /  H2O2 3 % / Air Brom
b. NH4OH 10 %
c. BaCl2 0,5 N 
d. Kertas saring No. 41 Whatman
e. Air suling 
f. NH4Cl (10 %) 
g. AgNO3 0,1 %

CARA KERJA
  1. Timbang ± 0,5 gram sampel garam tunjung FeSO4 . 7H2O
  2. Masukkan ke dalam piala gelas 400 ml, bilas dan larutkan dengan air suling sebanyak 25 ml. 
  3. Tambahkan 5 ml HNO3 4N 
  4. Larutan di didihkan dengan api kecil selama ± 10 menit
  5. Uji dengan 1 - 2 tetes NH4OH 2N. bila terbentuk endapan merah kecoklatan menunjukkan bahwa Fe (II) telah menjadi Fe (III). Bila terbentuk endapan hitam kehijauan Fe (II) belum menjadi Fe (III), sehingga harus ditambahkan lagi NHO3 4N sebanyak 5 ml, didihkan dan uji kembali.
  6. Tambahkan air suling hingga 100 ml. 
  7. Panaskan larutan 700C – 800C (termometer) 
  8. Tambahkan 15 ml NH4Cl 2N 
  9. Tambahkan NH4OH 2N berlebih (larutan induk jernih) 
  10. Larutan saring dengan kertas saring “pita merah” / 541/41(whatman), enaptuangkan, cuci dengan air panas hingga endapan bebas dari pengotor klorida dan sulfat
  11. Endapan dikeringkan di lemari pengering 
  12. Endapan dimasukkan kedalam cawan porselin yang sudah diketahui bobotnya. 
  13. Endapan diperarang dengan pembakar teklu 
  14. Endapan dipijarkan/diabukan dengan pembakar meker/tanur. 
  15. Dinginkan dalam desikator dan ditimbang.
  16. Pemanasan, pemijaran, pendinginan dan penimbangan diulangi beberapa kali hingga dicapai bobot tetap.

Senin, 15 April 2013

PENETAPAN KADAR TEMBAGA DALAM TERUSI (CuSO4 . 5H2O)


TEORI
Tembaga dari garam tembaga (II) dapat diendapkan sebagai tembaga(II) hidroksida. Endapan ini dapat larut dalam NH4OH berlebihan sebagai garam kompleks [Cu(NH3)4]2+ oleh karena itu pengendapan dengan NaOH atau KOH. Untuk menghindari hidrolisis ion Cu2+ menjadi Cu(OH)2, sebelum pendidihan larutan CuSO4 harus diasamkan dengan H2SO4

CuSO4 + H2O à Cu(OH)2 + H2SO4 

DASAR
Larutan garam tembaga (II) panas diendapkan dengan larutan basa kuat (NaOH/KOH), menjadi endapan Cu(OH)2 yang berwarna biru, setelah dipanaskan memecah menjadi CuO yang berwarna hitam kecoklatan.

REAKSI :
CuSO4 + 2NaOH à Cu(OH)2 + Na2SO4
Cu(OH)2 à CuO + H2O

PERALATAN:
a.   Neraca
b.   Kaca arloji
c.    Sendok sampel (Spatula)
d.   Piala gelas 400 ml.
e.    Piala gelas 800ml.
f.     Tutup kaca besar
g.    Pengaduk kaca
h.   Pengaduk berkaret/policeman
i.     Labu semprot kaca
j.     Corong
k.   Tabung reaksi
l.     Cawan porselin
m.  Segitiga porselin
n.   Kasa asbes
o.    Kaki tiga
p.   Penyangga corong
q.   Pembakar teklu
r.    Pembakar meker atau tanur
s.    Lemari pengering (oven)

BAHAN
Sampel Terusi (CuSO4 . 5H2O)

PEREAKSI
a.    NaOH 4N  /  KOH 4N
b.   H2SO4 4N
c.    BaCl2 0,5N
d.   Kertas saring No. 41 Whatman
e.    Kertas lakmus merah
f.     Air suling

CARA KERJA
1.   Timbang ± 0,5 gram sampel garam terusi
2.   Masukkan ke dalam piala gelas 400 ml, bilas dan larutkan dengan air suling sebanyak 100 ml.
3.   Tambahkan beberapa tetes H2SO4 4N
4.   Larutan di didihkan
5.   Tambahkan NaOH 4N sedikit demi sedikit sampai berlebih.
6.   Uji pengendapan sempurna
-          Cairan jernih diuji dengan kertas lakmus merah (warna kertas lakmus merah berubah biru).
-          Cairan jernih ditetesi 1 – 2 tetes pereaksi pengendap tidak terbentuk endapan lagi.
7.   Endapan disaring dengan kertas saring “pita hitam/541/41, dienaptuangkan, dicuci dengan air suling hingga bebas dari pengotor basa (uji basa) dan sulfat (uji sulfat)”
Uji basa : Saringan setelah beberapa kali pencucian, diteteskan ke lakmus merah. Bila lakmus merah tetap merah berarti basa sudah hilang.
Uji sulfat : Sediakan 2 (dua) tabung reaksi. Ke dalam tabung I tampung ¼ - 1/3 volume saring, panaskan di atas teklu, asamkan 1-2 tetes HCl 4 N. Ke dalam tabung II masukkan 1-2 tetes BaCl2 0,5 N, panaskan. Tuangkan isi tabung II ke dalam tabung I dan bila terbentuk endapan putih berarti SO4 sudah bebas.
8.      Endapan dikeringkan di lemari pengering
9.      Endapan dimasukkan kedalam cawan porselin yang sudah diketahui bobotnya.
10.   Endapan diperarang dengan pembakar teklu
11.   Endapan dipijarkan/diabukan dengan pembakar meker/tanur.
12.   Dinginkan dalam desikator dan ditimbang.
13.   Pemanasan, pemijaran, pendinginan dan penimbangan diulangi beberapa kali hingga dicapai bobot tetap.

PERHITUNGAN :

PENGENDAPAN


Pengendapan adalah proses membentuk endapan yaitu padatan yang dinyatakan tidak larut dalam air walaupun endapan tersebut sebenarnya mempunyai kelarutan sekecil apapun. Prosedur analisis menentukan jumlah pereaksi yang digunakan atau ditambahkan kedalam sampel/analat agar terbentuk endapan. Dalam kasus dimana jumlah pengendap tidak disebutkan, biasanya dapat dilakukan estimasi kasar dengan cara perhitungan sederhana yang melibatkan konsentrasi pereaksi dan perkiraan berat zat/konstituen yang ada. Biasanya disarankan pemakaian pengendap berlebih karena kelarutan endapan-endapanberkurang atau menurun, yang disebabkan oleh efek ion yang sama (common – ion effect). Kelebihan pengendap yang banyak tidak diinginkan, bukan saja karena pemborosan pereaksi tetapi juga karena endapan dapat cenderung melarut kembali dalam kelebihan pereaksi yang banyak, membentuk ion rangkai (kompleks). Sebagai contoh, senyawaan perak diendapkan dengan senyawa klorida dan endapan menjadi lebih, tidak dapat larut bila terdapat cukup kelebihan klorida, tetapi kelebihan klorida yang besar melarutkan endapan tadi :
Ag Cl  +  2Cl¯  ®  Ag Cl3 2¯
Secara umum, bila tidak ditentukan, dapat digunakan atau ditambahkan 10% kelebihan pengendap. Dalam semua hal, cairan supernatan atau saringan (filtrat) harus diuji untuk mengetahui kesempurnaan endapan dengan menambahkan sedikit penambahan jumlah pengendap.
Hal yang utama dalam analisis gravimetri ialah pembentukan endapan yang murni dan mudah disaring .
Pengendapan mulai terjadi dengan terbentuknya sejumlah partikel kecil yang disebut inti-inti (nukla) bila ketetapan hasil kali kelarutan (Ksp) suatu senyawaan dilampaui. Partikel-partikel kecil ini ukurannya akan membesar dan akan mengendap kedasar wadah. Partikel-partikel yang relatif besar ini seringkali lebih murni dan lebih mudah disaring. Pada umumnya ukuran partikel meningkat mencapai ukuran maksimum dan kemudian berkurang bila konsentrasi pereaksi pereaksi dinaikkan. Diketahui bahwa makin kecil kelarutan suatu endapan maka semakin kecil ukuran partikelnya. Tetapi ketentuan ini merupakan aturan kasar atau tidak mutlak sebagai contoh perak klorida (AgCl) dan bariumsulfat (BaSO4) mempunyai kelarutan molar yang sama (Ksp sekitar 10¯10 tetapi partikel bariumsulfat jauh lebih besar daripada perak klorida bila digunakan kondisi pengendapan yang serupa. Faktor-faktor yang dapat meningkatkan kelarutan ialah :
-      suhu
-      pH
-      pemakaian zat pengkompleks
Pengendapan sangat umum dilakukan pada suhu tinggi, dengan alasan bahwa garam dari asam lemah seperti kalsiumoksalat (CaC2O4) dan seng sulfida (ZnS) lebih baik bila diendapkan dalam suasana asam lemah daripada suasana basa. Bariumsulfat akan lebih baik diendapkan dalam larutan asam klorida 0,01 M sampai dengan 0,05 M karena kelarutan akan meningkat dengan terbentuknya ion hidogensulfat (HSO4-).
Setelah endapan terbentuk kadang-kadang perlu dilakukan pencernaan (digestion) atau penuaan (aging) artinya endapan tersebut dibiarkan bersentuhan atau kontak dengan larutan induk (mother liquor), biasanya pada suhu yang ditinggalkan sebelum penyaringan dilakukan.
Partikel-partikel kecil dari endapan berbentuk kristalin seperti BaSO4, lebih dapat larut dibandingkan partikel-partikel besarnya yang mengakibatkan larutan tersebut lewat jenuh terhadap partikel besar. Untuk meningkatkan ukuran partikel dari kecil menjadi besar seperti pada endapan kristalin BaSO4, dilakukan proses pemasakan (ripening). Pemasakan ini dapat dilakukan diatas penangas air (water bath) dimana wadah beserta endapan disimpan diatasnya selama 30 – 60 menit. Endapan selai (gelatin) seperti besi (III) hidroksida tidak dicerna (digest) karena endapan kecilnya tidak begitu berbeda dengan endapan besarnya sehingga tidak terjadi peningkatan ukuran yang berarti. Untuk memperoleh endapan dengan partikel berukuran besar, pengendapan dilakukan dengan menambahkan perlahan-lahan larutan encer pengendap. Endapan kristalin biasanya dicernakan pada suhu yang dinaikan sebelum penyaringan yang bertujuan untuk makin meningkatkan ukuran partikel.
Pada waktu proses pengendapan suatu endapan, dapat terjadi suatu zat yang biasanya dapat larut akan terbawa mengendap dan peristiwa ini disebut kopresipitasi. Sebagai contoh suatu larutan barium klorida yang mengandung sedikit ion nitrat dan kedalam larutan ini ditambah pengendap asamsulfat maka endapan bariumsulfat akan mengandung barium nitrat. Hal ini diistilahkan nitrat tersebut dikopresipitasi bersama sulfat.
Kopresipitasi dapat terjadi karena terbentuknya kristal campuran atau oleh adsorpsi ion-ion selama proses pengendapan. Kristal campuran ini memasuki kisi kristal endapan, sedangkan ion-ion yang teradsorpsi ditarik kebawah bersama-sama endapan pada proses koagulasi.

A.1   Endapan Kristalin

Pada waktu pembentukan endapan kristalin seperti bariumsulfat, ketidakmurnian teradsorpsi sewaktu partikel-partikel endapan masih kecil. Ketika partikel tersebut membesar dapat terjadi pengotor tersebut berada/masuk dalam kristal. Pengotoran jenis ini disebut oklusi. Kopresipitasi dapat dikurangi tetapi tidak dapat dihilangkan sama sekali, dengan cara penambahan kedua pereaksi itu?. Bila diketahui bahwa sampel atau pengendap mengandung ion pengotor maka larutan ini dapat ditambahkan kepada larutan yang lain. Dengan demikian konsentrasi pengotor dapat dijaga agar minimum pada tahap-tahap awal presipitasi.
Kemurnian suatu endapan kristalin dapat ditingkatkan dengan jalan disaring, dilarutkan kembali (ulang) dan kemudian diendapkan kembali. Hal ini dapat dilakukan bila endapan tersbut mudah dilarutkan. Tetapi endapan bariumsulfat yang tidak mudah dilarutkan kembali, kemurniannya dapat ditingkatkan engan proses penuaan atau pencernaan.

A.2   Endapan selai/gelatin

Partikel-partikel endapan selai jumlahnya lebih banyak dan jauh lebih kecil ukurannya dibandingkan partikel endapan kristalin. Karena kecil maka luas permukaan pada larutannya sangat besar/luar biasa besarnya. Keadaan seperti ini mengakibatkan teradsorpsinya air dalam jumlah relatif besar. Hal ini menyebabkan endapan tersebut mirip gelatin dan adsorpsi ion-ion lainnya sangat ekstensif. Partikel-partikel endapan selai tidak mudah tumbuh menjadi besar dan pengotor tidak akan masuk kedalam endapan tapi akan terikat pada permukaan partikel-partikel kecil tadi.
Ion-ion hidrogen dan hidroksida mudah teradsorpsi oleh endapan selai seperti Fe(OH)3 dan Al(OH)3.
Besi (III) hidroksida bermuatan positif pada pH ñ 8,5 tetapi bermuatan negatif pada pH lebih tinggi dari itu. Untuk meningkatkan kemurnian endapan selai dapat dilakukan dengan pencucian atau pengendapan ulang. Proses pencernaan tidak berguna karena endapan selai tersebut sedikit sekali dapat larut sehingga partikel-partikelnya tidak terlalu cenderung tumbuh untuk membesar.

A.3   Pengendap

Pengendap yang digunakan umumnya zat anorganik walaupun pada beberapa penetapan digunakan zat organik sebagai pengendap.
Pengendap anorganik biasanya berupa basa, asam atau garamnya. Basa yang sering dipakai adalah amonia (larutan gas amoniak dalam air), NaOH atau KOH. Endapan yang terbentuk berupa hidroksida yang akan berubah menjadi oksidanya bila bentuk pertama dipijarkan. Pemakaian pengendap selalu berlebihan untuk mendapatkan pengendapan sempurna tetapi dapat terjadi bahwa hidroksida yang mengendap mula-mula akan larut dalam basa pengendap berlebih. Sebagai contoh, endapan Cu(OH)2 dapat larut dalam NH4OH sehingga yang terakhir ini tidak dapat digunakan sebagai pengendap untuk memperoleh endapan Cu(OH)2. Pereaksi yang tepat adalah NaOH. Sebaliknya endapan Al(OH)3 akan larut dalam basa kuat, NaOH atau KOH. Endapan Zn(OH)2 akan larut dalam basa lemah (NH4OH) atau basa kuat (NaOH/KOH), jadi senyawaan seng harus diendapkan dengan suatu garam misalnya (NH4)2HPO4. Senyawaan barium dapat diendapkan dengan H2SO4 sehingga membentuk endapan BaSO4. Pengendapan BaSO4 dapat dilakukan dengan memakai Na2SO4 (garam) sebagai pengganti asam sulfat. Endapan perak klorida juga terbentuk bila pengendap NaCl ditambahkan kedalam suatu larutan garam perak.
Secara umum endapan yang berbentuk hidroksida akan terurai bila dipijarkan pada suhu tinggi membentuk oksidanya yang kemudian ditimbang (bobot tetap). Endapan seperti BaSO4 relatif sukar terurai pada suhu tinggi tetapi akan tereduksi bila ada zat pereduksi seperti C atau H2. Pereduksi C diperoleh dalam kertas saring yang dipakai sebagai penyaring.
Sejumlah ion logam dapat diendapkan dengan pereaksi organik. Zat organik seperti ¥ - hidroksi – kuinolina [¥ - kuinolinolina atau oxine (oksina)] membentuk senyawaan yang mengendap dengan ion-ion logam seperti alumunium, besi, seng, tembaga, zirkonium dan sebagainya. Zat ini hampir tak dapat larut dalam air dan bila akan dipakai sebagai pengendap maka harus dilarutkan dalam suatu pelarut organik tertentu seperti asamasetat atau metanol.
Rumus oksina : C9H7OH



Selain oksina, zat organik lainnya yang digunakan sebagai pengendap ialah dimetilglioksima, yang rumusnya :


CH3 - C = NOH
           I
CH3 - C = NOH

Pereaksi ini dengan senyawaan nikel membentuk endapan merah N1(C4H7N2O2)2. Ion-ion pengganggu misalnya Fe3+, Al3+,B3+ yang dapat dicegah dengan menambahkan senyawaan organik tertentu (sitrat atau tartrat) Dimetilglioksima hanya sedikit larut dalam air, maka biasanya dipakai larutan 1% dalam etanol. Senyawaan tembaga dapat diendapkan dengan pereaksi benzoin a - oksina (kupron) yang membentuk endapan hijau
Rumus zat ini :
C6H5 - CH = OH
              I
C6H5 -   C  = NOH

Benzoin a - oksina sangat sedikit dapat larut dalam air tetapi mudah larut dalam etanol. Pereaksi yang dipakai adalah larutan 2% dalam etanol. 

GRAVIMETRI


Gravimetri termasuk analisis jumlah cara konvensional.  Sebenarnya ada gravimetri dengan cara instrumental yaitu elektrogravimetri. Dalam gravimetri (Gravity = berat) penentuan jumlah zat berdasarkan pada pengukuran berat (penimbangan). Selain penimbangan sampel dilakukan pula penimbangan hasil reaksi, baik berupa endapan atau gas yang terjadi. 

Berdasarkan dasar dan cara pemisahan, gravimetri dibagi menjadi : 

1. Cara pengendapan. 
Pada cara ini sejumlah sampel dilakukan dengan pereaksi tertentu zat yang akan ditetapkan (analat) diendapkan. 
Endapan yang terjadi kemudian ditetapkan bobotnya, dari kedua bobot dan faktor tertentu kadar zat dapat dicari. Cara ini paling banyak dilakukan. 

2. Cara penguapan. 
Pada cara ini sampel direaksikan sehingga dihasilkan suatu gas atau dapat juga dipanaskan sehingga memecah menghasilkan gas. Penimbangan gas yang keluar dapat secara langsung yaitu diserap oleh suatu pereaksi terlebih dahulu atau secara tidak langsung yaitu penimbangan analat sebelum dan sesudah reaksi. Cara ini kadang-kadang dinamakan cara evolusi. 

3. Cara Elektrogravimetri. 
Seperti dikatakan diatas, cara ini sebenarnya termasuk cara instrumental. Pada cara ini sampel diendapkan dengan elektrolisis dengan potensial tertentu. Cara ini banyak digunakan untuk menentukan kadar logam Cu dan Zn yang akan dibicarakan pada praktikum Kimia Fisika / Analisis Instrumental. 

Tahapan Pengerjaan Analisis Gravimetri secara Umum 
Pelaksanaan pengerjaan Analisis Gravimetri di laboratorium merupakan rangkaian pekerjaan yang dapat dibagi dalam beberapa tahap, yaitu : 
1. Persiapan sampel 
2. Penimbangan sampel 
3. Pelarutan sampel 
4. Pengendapan 
5. Penyaringan 
6. Pencucian 
7. Pengabuan 
8. Penimbangan sisa pijar 
Dalam pelaksanaannya mungkin terjadi pengurangan atau penambahan tahap kerja di atas, misal pada khromat, barium khromat tidak perlu pemijaran tetapi cukup dengan pengeringan saja.